Jumat, 21 September 2018

TUGAS P NAKA AUTOBIOGRAFI

AUTOBIOGRAFI
Oleh : Dina Noviana Prihandini

       Nama lengkap saya Dina Noviana Prihandini. Saya biasa dipanggil Nana, tapi teman-teman di kampus biasa memanggil saya Dina. Saya lahir di Brebes tanggal 1 November tahun 1996. Ayah saya bernama Sutikno dan Ibu saya bernama Ria Hayati. Ayah dan Ibu saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya bernama Andhika Oka Fauzan, dia bersekolah di SDN Indrajaya 02 dibangku kelas tiga.

       Saya bersekolah di TK Pertiwi Salem selama satu tahun. Lalu saya melanjutkan di SDN 02 Indrajaya. Kemudian saya bersekolah di SMPN 3 Purwokerto. Pada saat itu saya tinggal sendiri di Purwokerto karena jarak sekolah yang jauh dengan rumah saya. Kemudian saya melanjutkan sekolah saya di SMAN 3 Purwokerto. Massa pendidikan saya dari mulai SMP sampai SMA saya habiskan di Purwokerto seorang diri jauh dari keluarga. Kini saya melanjutkan pendidikan saya di Universitas Negeri PGRI Semarang jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan telah memasuki semester 7.

       Hobi saya bermain badminton, berenang, dan menonton film. Pada saat SD saya mengikuti pelatihan badminton di daerah Cilacap sampai SMA kelas dua. Saya berlatih setiap akhir pekan. Jarak tempat latihan dengan rumah dan kosan saya berjarak sekitar 1-1,5 jam, tapi karena hobi saya jalani dan tempuh jarak yang jauh tersebut setiap minggu. Saat SD kelas tiga saya sudah mengikuti lomba-lomba badminton yang diadakan pemerintah maupun tidak. Saya biasanya membawa nama sekolah saat saya mengikuti lomba-lomba yang diadakan pemerintah. Sementara untuk lomba-lomba diluar itu biasanya saya membawa nama tempat pelatihan saya. Namun untuk sekarang saya kesulitan bermain badminton kembali dikarenakan mata saya yang minus. Kemudian untuk hobi saya yang lain yaitu berenang dan menonton film biasanya saya lakukan jika ada waktu senggang di akhir pekan.

       Saat ini saya sedang ikut membantu bisnis orang tua saya dibidang kuliner tepatnya dibidang franchise selain kegiatan saya menuntut ilmu. Saya sangat bersemangat untuk belajar tentang dunia bisnis walaupun bidang tersebut berlawanan arah dengan pendidikan yang sedang saya tempuh sekarang. Namun, bagi saya tidak ada salahnya jika kita ingin mempelajari suatu hal yang baru asalkan kita bersungguh-sungguh dan tetap konsisten menjalaninya agar hasil yang didapat tidak mengecewakan.

       Harapan saya kedepannya adalah membahagiakan kedua orang tua saya dengan cara menjadi orang sukses dan mempunyai penghasilan sendiri. Saya ingin mewujudkan mimpi-mimpi saya yang belum dapat terwujud dan melakukan segala kegiatan positif yang akan berpengaruh baik untuk diri saya sendiri maupun orang lain.

Sabtu, 24 Desember 2016

Tugas P. Naka : "Ulasan Pentas Jaka Trub dan Monolog Balada Sumarah"



Ulasan Pentas Jaka Tarub dan Monolog Balada Sumarah

Bahagia Sesaat, Sedih Seterusnya
Drama Jaka Tarub
Pada hari Selasa 4 Oktober 2016 Teater Gema Universitas PGRI Semarang menggelar pentas Jaka Tarub dan Monolog Balada Sumarah di Gedung Pusat Lantai 7 Universitas PGRI Semarang. Sayang sekali, pertunjukan yang dijadwalkan akan dipentaskan pukul 15.00 atau pada pukul tiga sore harus ngaret dan terlambat sampai hampir 30 menit.  Mahasiswa yang sudah membeli tiket dan bersiap untuk masuk pun harus menunggu berdesak-desakan di depan pintu gedung, menunggu pintu di buka oleh panitia.
Pentas dibuka dengan pementasan drama kisah Jaka Tarub. Dengan diikuti properti yang mendukung, seperti gubuk, sungai buatan, awan-awan, rumput dan pepohonan beserta padi menjadi pendukung pementasan drama tersebut. Selain itu, penataan lighting atau pencahayaan sangat membantu dalam pementasan Jaka Tarub tersebut.
Pementasan diawali dengan adegan seorang kakek tua yang sedang tertidur di depan rumahnya. Ternyata kakek tersebut adalah Jaka Tarub yang mengigau saat tidur dengan memanggil-manggil nama Nawang anaknya. Nawang pun merasa kaget dan langsung menjawab panggilan Ayahnya tersebut. Mereka berdua pun akhirnya berada di luar rumah dan memandang ke bintang-bintang yang kebetulan malam itu adalah malam bulan purnama. Sesaat setelah Nawang masuk kembali ke rumah, Ayah Nawang berbicara sendiri kalau dia tidak mau kehilangan anak satu-satunya itu. Peran yang di mainkan sudah bagus, dengan pemain menggunakan pakaian tradisional dan rumah yang ditempati juga sangat sederhana seperti rumah-rumah jaman dahulu. Selain itu, pemain juga totalitas dalam menjalankan perannya didukung dengan make up yang sesuai. Contohnya pada saat Ayahnya mencium kening Nawang, tidak terlihat kesungkanan atau kecanggungan diantara keduanya karena adanya totalitas peran.
Setelah itu, cerita tersebut seakan flashback atau kembali pada masa-masa dimana Jaka Tarub masih remaja atau dewasa. Pada saat itu, menceritakan kejadian saat ada tujuh orang bidadari yang turun ke bumi hanya pada bulan purnama. Mereka semua mandi di sungai, saat itu Jaka Tarub ternyata sedang berada di sungai tersebut juga. Jaka Tarub ternyata sangat terobsesi untuk menikah dengan seorang bidadari. Alangkah kebetulannya, para bidadari tersebut mandi tanpa memakai pakaian serta selendang mereka. Akhirnya, dengan sigap Jaka Tarub segera mengambil selendang salah satu dari tujuh bidadari tersebut. Pada bagian ini, terdapat sebuah adegan yang entah itu adegan di sengaja atau diluar skenario cerita. Adanya adegan salah satu diantara tujuh bidadari tersebut saat menuruni anak tangga yang dibalut oleh kain hitam, terjatuh. Keadaan saat itu sempat hening seketika, namun selang beberapa detik para bidadari yang lain segera menolongnya dengan luwes dan masih dalam konteks cerita. Jika kejadian itu diluar skenario, improfisasi yang dilakukan sangat membantu sehingga tidak menghancurkan dan menghentikan pertunjukan.
Cerita berlanjut pada hilangnya selendang salah satu bidadari. Dia bernama Nawang Wulan. Dia tinggal di bumi untuk mencari selendangnya dan ditinggalkan oleh para bidadari yang lain. Dia pun berkata “jika yang mengambil laki-laki akan dia jadikan suami, jika perempuan akan dijadikannya saudara”. Perkataan itu pun didengar oleh Jaka Tarub, dengan hati gembira dia langsung bergegas pergi ke rumahnya dan menyembunyikan selendang itu. Pergilah kemudian Jaka Tarub menemui Nawang Wulan untuk menagih perkataannya itu. Akhirnya mereka pun menikah dan mempunyai seorang putri bernama Nawangsih. Pada saat bagian ini, tidak ada yang istimewa dari pemain. Hanya permainan drama yang biasa. Sampai akhirnya, muncul lah dua orang pemain sebagai Tomo dan Topo yang berhasil mengocok perut penonton karena tingkah laku yang mereka perankan.
Konflik mulai muncul saat Nawang Wulan pergi mencuci ke sungai dan menitipkan anak serta meminta Jaka Tarub untuk tidak membuka tutup nasi yang sedang di masaknya di dapur. Rasa penasaran yang sangat tinggi akhirnya membawa Jaka Tarub untuk melihat isi dari panci tersebut, ternyata hanya terdapat sebatang padi. Dia pun bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa bisa istrinya hanya menanak nasi dengan sebatang padi. Jaka Tarub pun bertanya saat Nawang Wulan datang, namun ternyata Nawang Wulan pun marah pada Jaka, dan saat itu kehilangannya hilang dan ia menemukan selendangnya yang ternyata di sembunyikan oleh Jaka Tarub. Ia pun kemudian meninggalkan Jaka Tarub. Konflik yang terjadi pada bagian ini kurang menegangkan bagi penonton, bukan seperti sedang terjadi konflik/masalah, melainkan hanya pertunjukan biasa tanpa konflik/masalah. Pemain kurang berhasil membawa penonton masuk ke dalam cerita ini.
Begitu pun saat adegan dimana Jaka Tarub menangis saat Nawang Wulan pergi, kurang mendapat perhatian penonton. Seperti tidak berhasil menghanyutkan penonton di dalam duka Jaka Tarub yang kehilangan Nawang Wulan. Namun di samping itu, drama Jaka Tarub tersebut berjalan dengan lancar dan cukup menghibur bagi penonton.
Monolog Balada Sumarah
            Di awal pertunjukan monolog balada Sumarah ini, penonton dikagetkan dengan keluarnya seorang perempuan yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam kotak kayu. Perempuan tersebut keluar dengan ekspresi wajah yang seakan-akan menahan amarah yang sangat menggelora. Mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Sumarah, seorang lulusan SMA dengan nilai tertinggi.
Sangat menakjubkan kisah seorang TKW dan seorang pembunuh. Di bawakan dengan sangat bagus dan menawan. Pemain juga sangat pintar dalam memainkan berbagai peran, seperti saat memerankan Pak Kasirun seorang guru ngaji yang sudah tua, memerankan nenek-nenek yang tidak mau memberikan Sumarah surat-surat yang dia butuhkan, begitu pun saat memerankan peran sebagai tetangganya. Semuanya sangat totalitas, dan penuh ekspresi.
 Menceritakan riwayat dan kisah hidupnya yang pergi ke Arab untuk menghindari cemoohan semua orang tentang bapaknya yang bekerja di koperasi PKI, sampai gajinya yang tak kunjung di bayar. Perlakuan senonoh yang tidak di terimanya juga di ceitakan lewat bahasa tubuh yang sangat bagus dengan penjiwaan yang penuh, sampai akhinya Sumarah pun membunuh majikannya sendiri. Semua dilakukan hanya menggunakan sebuah kotak kayu. Sangat simpel dan sederhana, tapi isi dan penampilan di dalamnya sangat mengesankan.

-Dina Noviana Prihandini, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang

Tugas P. Naka : "Primadona Baru"



Primadona Baru

Sangat menarik opini berupa jajak pendapat yang di tuluskan oleh Susanti Agustina S pada 18 Mei 2016 11:39 WIB dalam koran harian Kompas dengan judul “Lebih Asyik Berbincang Lewat Smartphone”. Dewasa ini, trend  ponsel pintar atau smartphone sedang banyak digandrungi di kalangan remaja bahkan anak-anak sampai orang dewasa. Tak jarang, setiap orang pasti memiliki smartphone, baik kelas menengah ke atas maupun menengah ke bawah.
Smartphone seakan memudahkan setiap penggunanya untuk berkomunikasi. Jaman memang sudah berubah, teknologi seakan memperalat kita untuk menjadi pengikutnya. Pengikut yang setia untuk mengikuti perkembangan teknologi dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua pekerjaan kita dapat dibantu dengan adanya teknologi, mempermudah dan mempertemukan  orang-orang dari belahan dunia yang berbeda bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi.
Menjalin komunikasi sekarang sangatlah mudah. Bahkan, kita bisa bercengkrama dengan orang-orang yang belum kita kenal sebelumnya. Smartphone menggantikan peranan penting yang selama ini dipegang oleh “surat” untuk berkomunikasi antar orang di wilayah yang berbeda hanya sekadar untuk menanyakan kabar atau menyampaikan informasi yang penting. Saat seseorang mengirim surat untuk orang lain membutuhkan waktu yang lama agar surat tersebut bisa sampai ke orang yang di tuju. Hal itu sangat berbanding terbalik sekali dengan kemajuan jaman menggunakan teknologi canggih yang ada saat ini.
Sekarang ini, setiap orang dibelahan dunia manapun bisa saling bertemu dang berkomunikasi dengan satu sama lain. Tak terkecuali orang yang tidak saling mengenal sekalipun. Kemudahan untuk berkomunikasi ini terdapat dalam fitur-fitur aplikasi yang ada di smartphone, seperti BBM (Blackberry messenger), short message service (SMS), Whatsapp, LINE, skype, Kakao, wechat, Telegram, dan fitur lainnya.
Dengan adanya fitur-fitur tersebut, seseorang tidak hanya bisa saling bertanya kabar melalui tulisan, tetapi bisa juga melalui lisan/suara. Tak sampai disitu, kelebihan fitur-fitur ini juga bisa membuat kita untuk bercengkrama tidak hanya melalui lisan tetapi juga bisa bertemu dan saling face to face melalui fitur video call yang terdapat dalam aplikasi LINE atau menggunakan aplikasi Skype.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan fitur-fitur tersebut seakan menjadi candu baru bagi masyarakat. Masyarakat seakan terhipnotis oleh kehadiran sosok “Primadona Baru” ini. Bahkan, kebiasaan masyarakat yang tak bisa jauh-jauh dari telepon genggam mereka membawa dampak pada generasi berikutnya. Contohnya saja dalam sebuah keluarga, seakan tidak ada lagi waktu untuk berkumpul dan saling bercengkrama antar keluarga tersebut, walau pun mereka sedang berkumpul tapi sebagian besar sibuk dengan urusannya masing-masing dengan memainkan smartphone mereka. Sekali pun mereka mengobrol, tentunya tidak akan fokus dengan apa yang sedang mereka bicarakan karena fokusnya hanya pada telepon genggam mereka masing-masing.
Dari contoh diatas, dapat dilihat betapa keluarga di negara kita begitu krisis kebersamaan. Kebersamaan yang sesungguhnya, tidak terfokus pada kesibukan masing-masing orang saat sedang berkumpul. Dengan begitu, rasa kebersamaan yang sesungguhnya akan dapat kita rasakan disetiap pertemuan.
Setiap teknologi pasti mempunyai dampak positif dan negatifnya. Konsekuensi dalam setiap keputusan pasti ada. Konsekuensi dalam menggunakan telepon genggam contohnya, saat kita memutuskan untuk mulai menggunakannya dan tidak bisa mengontrol diri, maka bersiaplah untuk diperbudak dan menjadi pengikut dari teknologi yang semakin berkembang dan tiada berkesudahan ini.
Smartphone telah menjadi primadona baru di kalangan masyarakat. Menjadi candu seperti sebuah obat yang mengakibatkan ketergantungan bagi penggunanya. Disisi lain banyak hal positif yang dapat kita manfaatkan dari si primadona baru ini untuk kehidupan sehari-hari.
Dina Noviana Prihandini, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang

Tugas P. Naka : "Moral Vs Teknologi"



Moral Vs Teknologi

Opini yang terdapat dalam Tribun Jateng edisi Jumat, 23 Desember 2016 berjudul “Ibu, Televisi dan Generasi Internet” karya Tri Pujianti patut untuk diperhitungkan isinya. Generasi sekarang identik dengan kemajuan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dan tidak terkontrol penggunaanya. Pengguna Internet tidak pernah terbatas umur. Mulai dari anak SD, sampai anak kuliahan, dan orang tua mengenal penggunaan internet. Mudahnya menggunakan internet membuat sebagian orang lebih mengandalkan internet untuk mencari informasi dibandingkan turun langsung ke lapangan.
            Semua informasi yang diinginkan bisa diakses melalui internet. Mulai dari berita pemerintahan, artis, sampai kasus kekerasan dan terorisme semua bisa dengan mudah diakses oleh siapa saja pengguna internet. Tak terkecuali anak dibawah umur, mereka bisa mengakses apa pun yang mereka inginkan. Penggunaan internet sangat bermanfaat jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi jika sudah disalahgunakan dan di gunakan untuk mecari hal-hal yang berisi konten-konten negatif, contohnya foto-foto senonoh dan konten-konten negatif lainnya. Berbahaya bagi perkembangan moral anak bangsa jika internet disalahgunakan seperti itu.
            Selain untuk mencari informasi, internet sekarang bisa menjadi media untuk saling mencaci satu sama lain. Semua orang bebas untuk berkomentar dan mengungkapkan perasaannya kepada siapa pun dan bagaimana pun ungkapannya. Berkata kasar sekali pun, jika sudah berbicara melalui internet, tidak ada yang bisa mencegahnya. Namun, sekarang ini telah diberlakukan Undang-Undang tentang IT untuk mengontrol orang-orang agar tidak sembarangan berkomentar untuk orang lain.
            Internet sangat banyak manfaatnya. Anak-anak juga bisa memanfaatkan internet sebagai referensi. Namun, tentu harus dibawah pengawasan orang tua mereka. Para orang tua terutama Ibu, harus siap siaga untuk mengawasi anak-anak mereka dari dampak negatifnya internet. Penggunaan internet bagi anak-anak memang seharusnya diawasi oleh orang tua dan dibatasi penggunaannya dengan selalu mengawasi anak-anak mereka dalam memanfaatkan internet.
            Tidak berbeda jauh dengan internet, televisi juga seharusnya bisa jadi sumber informasi dan pendidikan bagi anak bangsa. Jika digunakan dan dimanfaatkan sesuai fungsinya masing-masing, internet dan televisi bisa menjadi sarana penyampai informasi dan sumber informasi bagi masyarakat. Namun sayang, sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan televisi yang sudah tidak mementingkan fungsi positif televisi bagi anak bangsa.
Banyaknya saluran televisi swasta, banyak pula tayangan-tayangan yang bersifat tidak mendukung perkembangan moral anak bangsa. Jika dilihat dari segi penonton, anak-anak masih senang untuk menonton televisi jika sedang berada dirumah. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah mempunyai kesibukannya masing-masing. Namun, banyaknya penonton anak-anak tidak sebanding dengan tayangan yang layak ditonton oleh anak-anak.
            Tayangan yang ada di televisi swasta tidak sesuai dengan umur anak-anak. Kebanyakan, mereka menayangkan tentang politik dan bahkan sampai kampanye sebuah partai didalam sebuah iklan. Banyaknya kepentingan-kepentingan politik yang ditayangkan dan mendominasi televisi kita di Indonesia. Bahkan, tayangan langsung sebuah persidangan salah satu kasus pembunuhan juga dijadikan tujuan utama untuk ditayangkan dibanding tayangan-tayangan edukasional.
Selain itu, banyaknya tayangan sinetron-sinetron yang tidak mendidik bagi perkembangan anak. Tidak ada pilihan lain lagi bagi anak-anak selain mereka menonton tayangan yang ada di televisi. Anak-anak yang seharusnya sedang mengalami perkembangan bagi moralnya harus menonton tayangan sinetron, gosip, kasus kekerasan, dan lain-lain. Bisa di bayangkan bagaimana nasib anak bangsa kelak ketika sudah dewasa. Konten-konten yang tidak sesuai dengan umur mereka, tidak pantas dan tidak cocok untuk di tonton anak-anak dibawah umur, apalagi jika mereka menonton televisi setiap hari.
Disinilah peran Ibu sebagai orang tua sangat diperlukan. Ibu harus mengawasi perkembangan anak-anaknya. Mulai dari apa pun yang mereka lakukan sehari-hari, sampai tayangan apa yang mereka tonton. Ibu harus mengawasi dan mendampingi anak-anaknya dalam melakukan kegiatan apa pun, termasuk menggunakan internet dan menonton televisi. Jangan sampai Ibu sebagai orang tua lengah mengawasi dan menjaga anak-anaknya.
Pentingnya mendampingi anak-anak saat menonton televisi sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku mereka. Anak-anak cenderung mencontoh apa yang mereka lihat. Sangat berbahaya jika mereka menonton tayangan yang tidak baik, contohnya tayangan perkelahian atau kekerasan. Tidak menutup kemungkinan mereka akan mencontoh dan melakukan apa yang mereka lihat. Benar-benar tidak baik bagi perkembangan anak-anak jika tidak diawasi.
Ibu harus mengarahkan dan memberi pengertian batasan-batasan yang boleh dilakukan dan boleh dilihat mengenai internet dan televisi selain mengawasi mereka. Jika anak-anak sudah diberi pengertian dan diawasi dengan baik, maka kecil kemungkinan mereka mempunyai sikap dan tingkah diluar umur mereka. Pekerjaan yang kelihatannya sederhana, tetapi harus menjadi perhatian serius bagi semua orang tua.

-          Dina Noviana Prihandini, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang

Tugas P. Naka : "Pemuda Bersumpah"



Pemuda Bersumpah

Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup mahasiswa Indonesia!
Gemuruh suara yang terdengar saat saya mendatangi parkiran Gedung Umum Universitas PGRI Semarang pada hari Jumat tanggal 28 Oktober. Tanggal 28 Oktober merupakan hari yang bersejarah bagi rakyat Indonesia, karena tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Hari Sumpah Pemuda merupakan hasil dan warisan yang di berikan para pemuda Indonesia pada jaman dulu. Sampai sekarang pun, rakyat Indonesia tetap menghargai, mengapresiasi, dan menjunjung tinggi hari Sumpah Pemuda.
Pemuda jaman sekarang, khusunya mahasiswa, banyak terlena oleh jaman. Terlalu dimanjakan oleh jaman, sehingga mereka terlalu bergantung pada canggihnya teknologi yang memudahkan setiap aktivitas masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa. Rakyat menjadi rakyat yang manja, rakyat yang malas. Kemalasan itulah akar dari ketertinggalan kita dengan bangsa lain.

Rasa malas membiarkan kita menjadi generasi yang lemah. Generasi pengecut. Rasa malas adalah akar dari semua keburukan yang terjadi di sekitar kita.
Generasi muda harusnya mengangkat kepala mereka, menyingsingkan lengen baju mereka untuk menjadi generasi yang hebat dan tidak tertindas oleh siapa pun apalagi oleh bangsa lain. Generasi muda harusnya malu pada diri sendiri jika memiliki rasa malas yang terlalu berlebihan. Perangi dan berantas tuntas rasa malas yang ada pada generasi muda bangsa kita.
Pada penggalan pertama Sumpah Pemuda "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Dalam penggalan pertama, menyiratkan bahwa para pemuda Indonesia memiliki satu tanah air, yaitu Indonesia. Indonesia yang sangat luas, dan beragam.

Kemudian penggalan  kedua dalam Sumpah Pemuda yaitu "Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia." Penggalan tersebut harusnya diresapi dan dihayati dengan sepenuh jiwa dan raga oleh pemuda Indonesia.
Bangsa Indonesia hanya satu. Bangsa Indonesia terdiri dari puluhan bahkan ratusan suku bangsa, dengan bahasa daerah mereka masing-masing. Sangat beragam. Namun, berapa banyak pun suku yang ada, mereka tetap berada dalam satu bangsa yaitu Indonesia. Tak peduli berapa jauh jarak satu daerah ke daerah lain, mereka tetaplah Indonesia.

Terakhir, penggalan dalam Sumpah Pemuda berbunyi "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak suku dan budaya. Suku-suku tersebut memiliki bahasa daerah masing-masing. Contohnya, seperti bahasa daerah Sunda, Jawa, Batak, dan sebagainya. Bahasa daerah yang beranekaragam tersebut dipersatukan oleh satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
Sebagai mahasiswa, kita harusnya bangga kepada bangsa kita. Sebagai mahasiswa, kita seharusnya bangga pada almamater yang kita pakai. Sebagai mahasiswa, kita harusnya memiliki rasa cinta kepada tanah air kita, Indonesia.

Bangga memiliki Indonesia. Bangga memakai hasil karya Indonesia, contohnya seperti memakai batik. Memamerkan kepada dunia, bahwa Indonesia juga mempunyai salah satu aset dan warisan budaya bangsa yang patut untuk mendapat pengakuan dari dunia.
Selain itu, baik mahasiswa mau pun pemerintah, harusnya bersama-sama untuk bergotong-royong memelihara ketentraman dan keadilan bangsa ini. Contohnya seperti, saat mahasiswa atau bahkan warga yang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi karena kinerja salah satu anggota pemerintah yang dinilai tidak baik.

Jika demikian, masyarakat sekitar yang tidak terlibat aksi demonstrasi akan merasa terganggu. Jadi, alangkah lebih baiknya jika pemerintah membenahi diri dalam kinerja kerja mereka, sehingga masyarakat pun tidak menimbulkan kegaduhan serta kekacauan di dalam bangsa ini. Selain itu, bangsa Indonesia adalah bangsa yang luas. Bangsa yang memerlukan pengakuan dunia atas keindahan alamnya. Tugas kita sebagai rakyat Indonesia adalah menjaga dan melestarikan semua keindahan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Para pemuda harus menanamkan rasa bangga dan cinta pada tanah Indonesia. Jangan malah kita bangga terhadap bangsa lain, sedangkan malu mengakui bangsa sendiri. Pemuda Indonesia harus menjadi generasi yang membanggakan. Menjadi generasi yang dapat mempertahankan NKRI sampai kapan pun. Semangat yang terdapat pada para pahlawan bangsa kita terdahulu, harus menular dan mengalir dalam diri pemuda Indonesia. Jangan biarkan bangsa ini menderita kembali karena bangsa lain. Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menjaga dan mempertahankan segala sesuatu yang menyangkut bangsa Indonesia ini tanpa terkecuali.

Tanamlah semangat diri yang menggebu, berantas habis rasa malas yang selalu menjadi penyakit bagi kita semua, para pemuda Indonesia. Setiap penyakit pasti memiliki obat, cara kita menyembuhkannya adala tergantung dari bagaimana kita menggunakan obat tersebut. Begitu pun dengan semangat dan rasa malas, semua itu pasti bisa kita obati dan atasi dengan berbagai macam jenis cara.

28 Oktober akan tetap menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia sampai kapan pun. Siapa pun pemimpinnya, hari Sumpah Pemuda merupakan hari yang tidak pernah bisa di musnahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Giliran kita, para mahasiswa, para pejabat, dan para penerus generasi bangsa ini yang patut diandalkan dan harus bisa bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi didalam bangsa Indonesia ini.
-Dina Noviana Prihandini, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang